Senin, 17 Agustus 2009

(Long Life Education)

KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
(Long Life Education)

A. MUQADIMAH
Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandung unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan itu.
Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang menjembatani antara kondisi-kondisi actual dengan kondisi-kondisi ideal, dan ini berlangsung dalam satuan waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai proses pendidikan yang merupakan serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan untuk mengubah kondisi awal peserta didik sebagai masukan menjadi kondisi ideal sebagia hasilnya .
Untuk lebih memperdalam pengtahuan tentang pendidikan ini, maka akan dikutibkan beberapa difinisi pedidikan dari para ahli yang berkompeten dalam bidang ini,
Pakar pendidikan dari Amerika yakni John Dewey, berpandangan bahwa pendidikan ialah satu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia .
Prof. Horne, yang juga tokoh pendidik Amerika, berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akliah, perasaan dan kemahuan manusia .
Herbert Spencer, seorang ahli falsafah Inggeris (820-903 M), memiliki pandangan bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan ke hidupan yang sempurna. Sedangkan pakar pendidikan Indonesia yang juga Mantan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Drs Fuad Hassan saat menjadi pembicara kunci pada seminar nasional "Rekonstruksi dan Revitalisasi pendidikan Indonesia Menuju Masyarakat Madani", di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jln. Gatot Subroto Jakarta, berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan ialah proses melatih akal, jasmaniah dan moral manusia (peserta didik) untuk melahirkan warganegara yang baik serta menuju ke arah kesempurnaan bagi mencapai tujuan hidup.

B. SILSILAH HADIST, LONG LIFE EDUCATION
Islam mengajarkan menuntut ilmu itu berlangsung seumur hidup dan tidak ada batasan waktu dalam mencarinya, muslim yang tua, muda, pria atau wanita, kaya dan miskin wajib atasnya untuk menuntut ilmu, karena ''Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim.'' (HR Thabrani).
Dan bahkan wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah merupakan uswah pertama dalam menuntut ilmu, wahyu pertama yang beliau terima adalah perintah untuk menjadi orang berilmu melalui membaca (iqro’) , hal ini benar-benar menunjukan bahwa Islam mengajak dan memerintahkan kita untuk menjadi orang yang berilmu, yang salah sau jalannya adalah dengan terus belajar, sabda Rasulullah: "Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (Agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." Dan beliau S.a.w juga bersabda: "Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar”.
Sehubungan dengan anjuran untuk terus menuntut ilmu ini terdapat beberapa hadist yang cukup populer dikalangan umat Islam, yang juga menjadi landasan teologis konsep “long life education”. Hadist–hadist inilah yang menjadi pokok kajian dari makalah ini.

a) Teks Hadist
وتعالى من النطق وقبول تعلم الآداب والعلوم ان يهمل نفسه ويعريها من الفضائل وقد حث الشارع عليه الصلاة والسلام على اكتسابه حيث قال طلب العلم فريضة وقال
اطلبوا العلم من المهد الى اللحد
اطلبوا العلم ولو بالصين
فتح واعلم ان الإنسان مطبوع على التعلم لان فركه هو شبب امتيازه عن سائر الحيوانات ولما كان فكر راغبا بالطبع في تحصيل ما ليس عنده من الادراكات لزمه الرجوع الى ما شبقه بعلم فيلقن ما عنده ثم ان فكره يتوجه الى واحد من الحقائق وينظر ما يعرض له لذاته واحد بعد واحد ويتمرن عليه حتى يصير الحاق العوارض بتلك الحقيقة ملكة له فيكون علمه حينئذ بما يعرض لتلك الحقيقة علما مخصوصا ويتشوق نفوس أهل القرن الثاني الى تحصيله فيفزعون الى أهله فتح وكل تعليم وتعلم ذهني انما يكون بعلم سابق في معلوم ما من عالم لمن ليس بعالم وقد يكون بالطبع مستفادا من وقائع الزمان بتردد الأذهان ويسمى علما تجريبيا وقد يكون بالبحث واعلمال الفكر ويسمى علما قياسيا والعلم محصور في التصور والتصديق والتصور يطلب بالأقوال الشارحة والتصديق يكون عن مقدمات في صور القياسات للنتائج فقد يحصل به اليقين وقد لا يحصل الا اقناع وقدموا في التعليم ما هو أقرب تناولا ليكون سلما لغيره وجزت سنة القدماء في التعليم مشافهة دون كتاب لئلا يصل علم مستحقه ولكثرة المشتغلين بها فلما ضعفت الهمم الشاة في تدوين العلوم وضنوا ببعضها فاستعملوا الرمز واختصروا من الدلالات علىالالتزام فمن عرف مقاصدهم حصل على اغراضهم فتح واعلم ان جميع المعلومات انما تعرف بالدلالة عليها بأحد الأمور الثلاثة الإشارة واللفظ والخط والإشارة تتوقف على المشاهد واللفظ يتوقف على حضور المخاطب وسماعه واما الخط فلا يتوقف على شيء فهو اعمها نفعا واشرفها وهو خاصة النوع الانساني فعلى المتعلم ان يجوده ولو بنوع منه ولا شك انه بالخط والقراءة ظهرت خاصة النوع الانساني من القوة الى الفعل وامتاز عن سائر الحيوان وضبطت الأموال وحفظت العلوم والكمال وانتقلت الاخبار من زمان الى زمان فجبلت غرائز القوابل على قبول الكتابة والقراءة لكن السعي لتحصيل الملكة وهو موقوف على الاخذ والتعلم والتمرن والتدرب فتح واعلم ان العلم والنظر وجودهما بالقوة في الإنسان فيفيد صاحبها عقلا لان النفس الناطقة وخروجها من القوة



b) Sumber Kutiban Hadist
اسم الكتاب :: كشف الظنون عن أسامي الكتب والفنون
اسم المؤلف :: مصطفى بن عبدالله القسطنطيني الرومي الحنفي
ولادة المؤلف :: 1017
وفاة المؤلف :: 1067
دار النشر :: دار الكتب العلمية
مدينة النشر :: بيروت
سنة النشر :: 1413 - 1992
عدد الأجزاء :: 2

c) Teks Hadist tentang Belajar Seumur Hidup
1) Naskah Hadist
اطلبوا العلم من المهد الى اللحد
Artinya: “Tuntutlah Ilmu Dari Buaian Sampai Liang Lihat”.
Penjelasan:
Hadits dengan redaksi diatas, tidak terdapat dalam kitab-kitab hadist, baik dalam Shahih Al-Bukhariy, Muslim, Ash-haabus Sunan ataupun yang lainnya, tetapi terdapat dalam kitab Kasyfuzh Zhunuun (1/51), yang tidak disebutkan sanad dan derajat keabsahannya, sehingga hadits tersebut tidak bias dikatakan hadist (bukan hadits), melainkan pepatah Arab, dan atau jika dikatakan sebagai hadits maka derajatnya sangat dhoif, karena sanad yang tidak diketahui dari mana asalnya.
Kualitas Hadist
Dengan demikian maka hadits yang disebutkan diatas, tergolong dalam kategori hadist maudhu (palsu).Sedangkan yang shahih adalah atsar yang diucapkan oleh 'ulama salaf seperti Al-Imam Ahmad bin Hambal, yang mengatakan: "Sesungguhnya aku menuntut ilmu sampai aku masuk kubur." dan ucapan 'ulama lainnya .


2) Naskah Hadis
اطلبوا العلم ولوبالصين
Artinya: “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina."
Penjelasan:
Redaksi seperti yang disebutkan dalam hadist diatas diriwayatkan Ibnu Addi dalam Al-Kamil (207/2), Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbihan (2/106), Al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (9/364), Al-Baihaqiy dalam Al-Madkhol (241/324), Ibnu Abdil Barr dalam Al-Jami’ (1/7-8), dan sebagainya, yang kesemuanya dengan sanad dari al-Hasan bin Athiyah, dari Abu Atikah Tharif bin Salman, dari Anas bin Malik r.a. Kemudian semuanya menambahkan lafazh “fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin”
Ibnu Adi berkata, tambahan kata “walaw bish Shin” kami tidak mengenalinya kecuali datang dari al-Hasan bin Athiyah." Begitu pula pernyataan al-Khatib dalam kitab Tarikh seperti dikutip Ibnul Muhib dalam al-Fawa'id.
Kualitas Hadist
Kelemahan hadist diatas terletak pada Abu Atikah yang telah disepakati muhadditsin sebagai perawi sanad yang sangat dha'if. Bahkan oleh Imam Bukhari dinyatakan munkar riwayatnya. Begitu pula jawaban Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya tentang Abu Atikah ini.
Tegasnya hadits diatas adalah dhaif jiddan (lemah sekali), bahkan sebagian ahli hadits menghukuminya sebagai hadits batil, tidak ada asalnya. Dan untuk mempertegas kedhoifan hadist diatas, maka akan dinukilkan pendapat ulama ahalul hadist tentang hadist tersebut,
- Ibnul Jauziy –rahimahullah- dalam :Al-Maudhu’at” (1/215) berkata, ‘’Ibnu Hibban berkata, hadits ini batil, tidak ada asalnya’’.
- Syaikh Al-Albaniy –rahimahullah- dalam “Silsilatul Ahaadiits Adh-Dha’iifah” jilid I nomor hadits 416 menilai hadits ini sebagai hadits batil dan lemah.
- As-Suyuthiy dalam “Al-La’ali’ Al-Mashnu’ah” (1/193) menyebutkan dua jalur lain bagi hadits ini, akan tetapi ternyata, kedua jalur tersebut sama dengan hadits di atas, bahkan lebih parah. Jalur yang pertama, terdapat seorang rawi pendusta, yaitu Ya’qub bin Ishaq Al-Asqalaniy. Jalur yang kedua, terdapat rawi yang suka memalsukan hadits, yaitu Al-Juwaibariy.
- al-Sakhawi di dalam “al-Maqasid al-Hasanah” berkata hadist itu lemah,
- al-Zarqani di dalam “Mukhtasar al-Maqasid” mengatakan hadist lemah,
- al-’Ajluni di dalam Kasyf al-Khafa’ mengtakan hadist lemah, di dalamnya ada pendusta.
Ringkasnya, hadits ini batil, tidak boleh diamalkan, dijadikan hujjah, dan diyakini sebagai sabda Nabi S.a.w.

C. URGENSI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dalam GBHN termaktub: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini artinya setiap insan Indonesia dituntut selalu berkembang sepanjang hidupnya. Sementara itu masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana untuk selalu belajar. Sebab masa sekolah (formal) bukanlah masa “satu-satunya”, tetapi hanya sebagian dari waktu belajar yang berlangsung sepanjang hidup.
Dalam sebuah system oprasional pendidikan seumur hidup ini maka haruslah mencangkup beberapa komponen;
1. Tujuan pendidikan seumur hidup
2. Asumsi-asumsi yang mendasari pendidikan seumur hidup
3. Prinsip-prinsip bimbingan untuk mengembangkan pedidikan seumur hidup
4. Bentuk-bentuk belajar (formal/non formal) kompnen-komponen
Sedangkan mengenai urgensi pendidikan seumur hidup ini Drs H Fuad Ihsan, Pakar pendidikan yang juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), dalam buku Dasar-dasar Kependidikan , mengemukakan beberapa dasar pemikiran --ditinjau dari beberapa aspek-- tentang urgensi pendidikan seumur hidup, antara lain:
Pertama, Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Kedua, Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.
Ketiga, Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi.
Keempat, Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.

D. KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Sungguh Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. “ Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitulah sabda Rasulullah S.a.w, beliau juga sangat menghargai orang yang berilmu, dan mengatakan bahwa orang yang berilmu (ulama) adalah pewaris para Nabi” .
Didalam menuntut ilmu Nabi S.a.w menyuruh agar ummat Islam menuntut ilmu secara berkelanjutan hingga ajalnya, dengan kata lain, seorang muslim haruslah berusaha untuk terus belajar setinggi-tingginya. Jangan sampai kalah dengan orang kafir. Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Dan jika ada yang tak mampu secara finansial, maka menjadi kewajiban kaum muslimin yang berkecukupan untuk membantunya.
Dan apabila kita mengamati kondisi sekarang ini, ternyata tingkat pengetahuan ummat Islam kalah telak dibandingkan dengan orang-orang kafir, hal ini boleh jadi disebabkan karena umat Islam sekarang tidak mengamalkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh, dan mengabaikan wasiat Rasulullah untuk terus menuntut ilmu. Sementara, orang-orang kafir memiliki tingkat keilmuan yang lebih baik, karena justru merekalah yang mengamalkan ajaran Islam, yakni kewajiban menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Dewasa ini akan sangat jarang kita menemukan ilmuwan muslim, sebaliknya, tingkat buta huruf sangat tinggi di negara-negara Islam. Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat Islam sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya.
Jika kita menengok sejarah silam pada awal perkembangan Islam, dimana ketika itu ummat Islam bersedia melaksanakan ajaran untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, giat dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu, maka banyak terlahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang handal, dimana hasil karyanya masih menjadi referensi utama, baik oleh kaum muslim sendiri dan non muslim diseluruh belahan dunia.
Tercatat dalam sejarah, bahwa observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut model Islam. Ketika itu juga lahir ilmuwan muslim, seperti Al-Khawarizmi yang memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku, yang juga memperkenalkan ilmu Algorithma (yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar (Algebra).
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka-angka “irrational” serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation). Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju, Al Batani menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).
Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya “Al Qanun fit Thibbi” diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (tahun 1187), yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa. Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair.
Di Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat. Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu pengetahuan.
Tapi sekarang semua itu hanya tinggal kenangan, ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu pengetahuan, malas untuk belajar, perintah Allah dan motivasi Rasul untuk terus mencari ilmu, hanya sekedar retorika belaka, sehingga tidak mengheran jika umat Islam kini menjadi bangsa yang terbelakang dan selalu tersingkirkan dalam persaingan global.
Kondisi yang demikian ini tidak boleh terus terjadi, ummat Islam kini harus bangkit, ilmu pengetahuan yang sesungguhnya milik kita harus diambil kembali, yakni dengan cara terus belajar, belajar sepanjang hayat, dari lahir hingga liang lahat.
Dalam pandangan Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya. Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang harus menguasainya.

E. KEDUDUKAN ILMU DALAM ISLAM
Islam memberikan perhatian dan penghargaan yang besar terhadap masalah ilmu, orang-orang yang menuntut ilmu (tholabul ilmi) dan para ahlinya (orang-orang yang berilmu:ulama). Dalam konsepsi Islam orang berilmu itu berbeda dengan orang yang tidak berilmu, dikatakan bahwa orang yang berilmu itu lebih baik dan lebih terhormat daripada orang yang tidak memiliki ilmu (bodoh), bagi orang yang berilmu (ahli ilmu/ulama) maka Allah ta’ala akan mengangkat derajatnya pada kedudukan yang tinggi dan terhormat, firman-Nya yang mengatakan: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” .
Dalam sebuah hadist shahih riwayat Bukhari dan Muslim juga disebutkan bahwasanya Baginda Nabi S.a.w mengatakan bahwa kita (umat Islam) tidak boleh ber-iri hati terkecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap seseorang yang dikaruniai Allah harta kekayaan tapi dia memanfaatkannya untuk urusan kebenaran (kebaikan) dan seseorang yang diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah lalu dia memanfaatkannya (untuk kebenaran) serta mengajarkannya kepada orang lain” . Yang demikian ini sungguh-sungguh menunjukan pada kita akan betapa tinggi dan luhurnya kedudukan ilmu, oran-orang yang menuntut ilmu (tholabul ilmi) dan orang-orang yang berilmu (ulama).
Ilmu adalah hal terpenting dan paling berharga bagi kehidupan manusia, dan tidak ada yang lebih penting dan berharga daripada-nya, sebab ilmu selain sebagai syarat mutlak bagi kita untuk dapat mencapai kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat, ilmu juga dapat meluruskan hati dan memberikan petunjuk pada jalan yang lurus.
Selain daripada itu, dengan kita memiliki ilmu maka kita akan menjadi seorang yang arif dan bijaksana dalam bertindak, dan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai “khalifah Allah” pada satu sisi, dan sebagai “Abdullah” pada sisi yang lain, dengan baik dan sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala.
Lebih mendalam, berkenaan dengan kelebihan dan keistimewaan ilmu, orang berilmu dan orang-orang yang bersedia mencarinya (pelajar), diantaranya adalah:
 Ilmu memudahkan jalan bagi kita untuk menuju (mendapatkan) surga Allah,
 Menuntut ilmu adalah bagian daripada “Jihad Fisabilillah” yang sangat utama,
 Ahli ilmu (ulama;orang berilmu), yang bersedia mengajarkan pada sesamanya, maka mereka adalah orang yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik dan utama,
 Mencari ilmu akan menjadikan kita orang yang arif dan bijkasana dalam bersikap dan bertindak, serta akan menyelamatkan kita dari kecelakaan dan kebinasaan,
 Ilmu merupakan syarat utama syah atau tidaknya amal ibadah, ini artinya kita haruslah memiliki ilmu (berilmu) sebelum beramal dan berkata, karena perbuatan dan perkataan tidak akan dinilai disisi Allah Ta’ala sebagai suatu ibadah jika tidak sesuai dengan syari’at, sedangkan kita tidaklah akan mengetahui apakah amalan yang itu sesuai dengan syari’at atau tidak melainkan dengan ilmu.
 Ibadah yang paling utama (afdhal) adalah pemahaman atas sesuatu secara benar dan mendalam
 Memiliki Ilmu pengetahuan yang berlebih adalah lebih baik daripada ibadah yang berlebihan, dan ilmu yang sedikit itu lebih baik daripada ibadah yang banyak”
 Mengajarkan satu ayat dari Kitabullah lebih baik daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu raka'at,
 Ilmu akan menjauhkan kita dari laknat dan murka Allah Ta’ala,
 Mencari ilmu mendatangkan rahmat dan ampunan Allah, diridhai para Malaikat dan seluruh mahluk Allah akan memintakan ampunan atas dosa-dosa para penuntut ilmu,”
 Ilmu merupakan sesuatu yang paling berharga, dan tidak ada hal yang lebih baik, lebih berharga dan lebih bermanfaat bagi manusia selain daripada ilmu pengetahuan, sebab ilmu akan memelihara kita dari kesesatan dan kecelakaan, dan merupakan beban bawaan yang tidak berat, bahkan akan semakin bertambah bila diberikan atau digunakan, serta merupakan amalan yang akan tetap mengalir pahalanya, meskipun kita telah wafat,
 Memiliki Ilmu adalah kebutuhan Rohaniah yang sangat mendasar kita ,
Berkenaan dengan kelebihan ilmu dibandingkan dengan harta benda dan perhiasan duniawi lainya, Sayidina Ali bin Abu Tholib, sahabat sekaligus menantu tercinta Baginda Rasul S.a.w, juga mengatakan bahwa:
 Ilmu itu lebih baik dari pada harta karena ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qorun, Fir’aun dan sebagainya
 Ilmu lebih baik dari pada harta sebab ilmu menjaga kita, sementara harta haruslah kita yang menjaga
 Ilmu lebih baik dari pada harta, karena orang yang banyak harta akan banyak musuhnya sedangkan orang yang yang berilmu akan banyak kawannya.
 Ilmu lebih baik dari pada harta, karena ilmu apabila diamalkan akan semakin bertambah sedangkan harta apabila diamalkan akan berkurang.
 Ilmu lebih baik dari harta, karena orang yang berharta akan mendapatkan julukan kemit, medit, kikir dan bakhil, sedangkan orang yang berilmu akan dijuluki dan dipanggil dengan nama yang mulia.
 Ilmu lebih baik dari harta, karena harta harus kita jaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak perlu kita jaga
 Ilmu lebih baik dari harta, karena orang yang memiliki harta kelak akan di hisab di hari kiamat, sedangkan ilmu dapat memberikan syafaat pada orang yang memiliki kelak di hari kiamat
 Ilmu lebih baik dari pada harta, karena harta dapat habis sedangkan ilmu tidak akan pernah habis
 Ilmu lebih baik dari harta karena harta dapat menjadikan kerasnya hati, sombong, angkuh dan sebagainya, sedangkan ilmu itu menjadikan terangnya hati
 Ilmu lebih baik dari pada harta, karena orang yang yang berharta kadang-kadang meniru sifat ketuhananan dan menuhankan harta, sedangkan orang yang berilmu karena ilmu itu menekankan sifat ubudiah.
Al-Qur’an juga mengatakan bahwa orang yang tidak berilmu dengan orang yang berilmu laksanakan gelap dengan terang, seperti orang buta dengan orang yang dapat melihat dengan terang. Dan bahkan al-Qur’an mengibaratkan orang yang tidak berilmu sebagai orang yang mati, sebaliknya orang yang memiliki ilmu pengetahuan adalah orang yang hidup. Dikatakan pula bahwa kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang 'abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang.
Perbandingan-perbandingan ini benar-benar menunjukan kepada kita betapa Allah sangat menghargai ilmu pengetahuan, orang-orang yang berilmu (ulama) dan para penuntut ilmu yang ihklas.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Azhim, Ali, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Perspektif Islam, Penerj. Khalilullah A.M.H, Rosda, Bandung: 1984
Abdul Halim el-Muhammady, Januari 1984. “Pendidikan Islam Skop Dan Matlamatnya”, Jurnal pendidikan, Tahun 1, bil. 1, ABIM, Selangor,
Achmad Sunarto “Himpunan Hadist Qudsi” Cetakan: I-2000 Penerbit: Setia Kawan
Ahmad Maftuh “Mutiara Hadist Shahih Bukhari”, Bintang Pelajar, Gresik
Al Bayan “Hadist Riwayat Bukhari Dan Muslim” keluaran pertama 01. Hak cipta Sakhr.1996
Al Ghazali, Muhamad 1990 “ Mukhtasyar Ihya’ Ulumudin”. Penerbit Muasasah Al- Kutub Al- Tsaqafiyah. Cet I Bairut.
----------------------------, 1994. “Ihya Ulumudin”, terj, Semarang : Penerbit Asy Syifa’
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani “Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam”
Depag RI. ‘Al Qur’an dan Terjemahannya” Toha putra. Semarang 1989
Departemen Agama RI., Al Quran dan Terjemahnya, Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain, Madinah Munawarah: 1411 H.
Dr. Muhammad Faiz Almath “1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad), Penerbit Gema Insani Press
Dr. Redja Muyoharjo, “Filsafat Pendidikan; Suatu Pengantar, P. RosdaKarya, Bandung 2006
Drs H Fuad Ihsan, 1996 “Dasar-dasar Kependidikan” Penerbit.
HaditsWeb (kumpulan hadist & referensi belajar hadist) disusun oleh Sofyan Efendi Maret 2006. http://opi.110mb.com
Hermen Harrel Horne, 1939. “The Democratic Philosophy of Education, Mac Millan & Co.,New York,
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
http://syiarislam.wordpress.com
http://www.khairuddinhsb.blogspot.com
http://www.pai07aw.blogspot.com
John Dewey, 1910. Democracy and Education, Mac Millan & Co., New York,
M. Nashiruddin Al-Albani “Ringkasan Shahih Bukhari” Gema Insani Press
Qardhawy, Yusuf, As-Sunnah Sumber IPTEK dan Peradaban, penerj. Setiawan Budi Utomo, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 1998.
Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam “Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi”

Tidak ada komentar: